Sejarah Plastik dari Solusi Menjadi Acaman Serius bagi Bumi

Sejarah Plastik dari Solusi Menjadi Acaman Serius bagi Bumi

Plastik merupakan bahan organik sintetis yang dihasilkan melalui proses polimerisasi. Polimerisasi adalah reaksi kimia yang menggabungkan molekul-molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar yang disebut makromolekul atau polimer. Plastik sendiri adalah senyawa polimer yang tersusun terutama dari unsur karbon dan hidrogen. Salah satu bahan baku utama dalam pembuatan plastik adalah naptha, yaitu produk hasil penyulingan minyak bumi atau gas alam.


Plastik merupakan polimer, yaitu rantai panjang atom yang saling terhubung. Rantai ini terdiri dari banyak unit molekul yang berulang, dikenal sebagai "monomer." Sebagian besar plastik tersusun dari polimer berbasis karbon, meskipun beberapa juga mengandung oksigen, nitrogen, klorin, ate belerang, sementara jenis tertentu berbasis silikon (Sumartono et al., 2018).


Semua plastik terdiri dari karbon. Plastik sintetis biasanya menggunakan karbon yang berasal dari turunan minyak bumi, sedangkan biopolimer atau bioplastik memanfaatkan karbon yang diambil dari bahan alami. Karbon memiliki sifat unik karena kemampuannya untuk membentuk ikatan tunggal, rangkap, maupun rangkap tiga dengan atom karbon lainnya, melalui berbagi elektron.


Sejarah Plastik



Terciptanya plastic atau polimer pada 1800an awalnya sebagai trobosan untuk menekan penggunakan kertas yang massif. Para ilmuan berusaha menciptakan alternatif material yang bisa diproduksi secara masal, ringan, kuat, dan murah yang tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya alam.


Meskipun saat ini plastic menjadi penyebab masalah lingkungan, tidak bisa dipungkiri bahwa pastik diciptakan awalnya sebagai solusi untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. Inovasi plastic sangat diterima oleh berbagai industri di dunia, selain karena lebel ramah lingkungan Harga yang sangat terjangaku menjadi angin segar industri modern.


Perang Dunia II menyebabkan industri plastik di Amerika Serikat berkembang pesat, karena industri terbukti sangat penting untuk kemenangan, sama halnya dengan kekuatan militer. Selama perang, kebutuhan untuk menghemat sumber daya alam yang terbatas mendorong pencarian bahan sintetis, dan plastik menjadi solusi utama. Nylon, yang ditemukan oleh Wallace Carothers pada tahun 1935 sebagai sutra sintetis, digunakan untuk parasut, tali, pelindung tubuh, pelapis helm, dan banyak keperluan lainnya.


Plexiglas juga digunakan sebagai pengganti kaca untuk jendela pesawat. Sebuah artikel di majalah Time mencatat bahwa akibat perang, "plastik digunakan untuk banyak keperluan baru dan menunjukkan fleksibilitasnya sekali lagi." Selama Perang Dunia II, produksi plastik di AS meningkat 300%.


Setelah perang berakhir, peningkatan produksi plastik terus berlanjut. Setelah melewati Depresi Besar dan Perang Dunia II, masyarakat Amerika kembali siap berbelanja, dan banyak barang yang mereka beli terbuat dari plastik. Menurut penulis Susan Freinkel, “Plastik mulai menggantikan material tradisional di banyak produk dan pasar, menggantikan baja dalam mobil, kertas dan kaca dalam kemasan, serta kayu dalam furnitur.”


Plastik memberikan banyak kemungkinan, dan bagi sebagian orang, ini memberi gambaran masa depan yang hampir sempurna, dengan kekayaan material yang melimpah berkat bahan yang murah, aman, higienis, dan bisa dibentuk sesuai keinginan.


Berikut sejarah singkat dari perkembangan plastik, antara lain:


Tahun 1839

Charles Goodyear menciptakan proses kimia vulkanitation yang menghasilkan karet dengan sifat elastis dan kuat. Ciptaan ini menjadi cikal bakal kombinasi polimer.


Tahun 1839

Eduard Simon dari Berlin menciptakan Polystyrene berbahan resin pohon Liquidambar orientalis. Minyak resin disuling menjadi styrene, yang setelah pendinginan berubah menjadi polimer styrol oksida (Styroloxyd). Karena dianggap hasil oksidasi, material ini diberi nama Polistiren.


Tahun 1846

Charles Schonbein, ahli kimia dari Swiss, menciptakan nitrocellulose dengan mencampurkan senyawa asam nitrat (nitric acid) dan asam sulfat (sulfuric acid).


Tahun 1855

Alexander Parkes menciptakan termoplastik, senyawa campuran nitrat selulosa dan kapur. Termoplastik memiliki sifat fleksibel saat terkena panas dan kembali kaku saat dingin.


Tahun 1869

John Wesley Hyatt menciptakan material alternatif pengganti gading. Pada waktu itu, sebuah perusahaan di New York menawarkan hadiah $10.000 untuk inovasi material baru.


Dari solusi plastik menjadi acaman nyata bagi Bumi




Meski begitu tetap Sampah plastik telah menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Plastik, dengan sifatnya yang awet, ringan, dan murah, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, di balik manfaatnya, plastik menyimpan bahaya besar bagi lingkungan dan kesehatan. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik mencemari daratan dan lautan kita, mengancam ekosistem yang menjadi tempat tinggal berbagai makhluk hidup.


Di Indonesia saja, penggunaan plastik mencapai angka yang mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa 182,7 miliar kantong plastik digunakan setiap tahun, menghasilkan 1,2 juta ton sampah plastik. Sampah ini tidak hanya mencemari tanah dan air, tetapi juga membunuh jutaan hewan, seperti burung, ikan, dan organisme laut lainnya. Lebih parahnya lagi, mikroplastik telah ditemukan dalam lebih dari 100 spesies laut, termasuk ikan dan kerang yang menjadi makanan kita. Bayangkan, betapa besarnya ancaman ini bagi kesehatan manusia di masa depan.


Kesadaran akan masalah ini harus dimiliki oleh setiap individu. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada solusi pemerintah atau organisasi lingkungan saja. Setiap langkah kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang, atau membawa tas belanja sendiri, memiliki dampak yang besar jika dilakukan bersama-sama. Memiliki kepedulian terhadap masalah sampah plastik bukan hanya tentang menyelamatkan lingkungan, tetapi juga menjaga kesehatan kita dan generasi mendatang.


Sebagai manusia yang hidup di planet ini, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi bumi dan semua kehidupan yang ada di dalamnya. Masalah sampah plastik bukan hanya masalah lingkungan—ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli, lebih bertanggung jawab, dan lebih sadar terhadap pilihan kita sehari-hari. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih layak huni untuk semua makhluk hidup.



SUMBER ARTIKEL:
  • sciencemuseum.org
  • sciencehistory.org
  •